Sama-Sama Menjadi Pembelajar
- September 6, 2023
- Khoiru Ummah Cianjur
- 0
Kita adalah produk-produk masa lalu yang terselamatkan. Kemajuan ilmu dan teknologi jika dibanding masa lalu dengan sekarang jauh berbeda. Dulu, dalam ingatan saat ini “orang tua hanya melahirkan, jika tidak bisa mendidik cukup membesarkan anak seadanya diserahkan kepada lingkungan”, anak juga hasilnya baik, penurut, penuh sopan santun, karena tak ada pembanding, akses komunikasi terbatas, jadilah orang tua merasa aman, karena begitu mendukung dan amannya keadaan saat itu.
Keadaan itu tidak bisa direlisasi masa sekarang, gawai sudah dimana-mana, berjuta pembanding berjejer di depan buah hati. Ilmu parenting segudang, taraf pendidikan orang tua tinggi tapi masalah hidup sangat kompleks terus mengiringi. Orang tua harus “survive” memberi pendidikan pada anak. Ditengah gempuran kebebasan yang digalakkan negara liberal. Ngeri sengeri-ngerinya, sex bebas, narkoba, LGBT, pedofilia, rasanya membuat kepala terus berputar. Mau anak laki-laki atau perempuan sama saja resikonya.
Jika dulu memilih sekolah semua sama amannya, karena faktor lingkungan yang mendukung, sekarang tidak lagi. Apalgi untuk kami para orang tua yang punya idealisme tinggi tentang akhirat harus punya partner mendidik yang tujuannya adalah surga. Bertambah lagi pekerjaan kita : Hunting sekolah.
Memilih sekolah ibarat mencari pasangan hidup untuk anak-anak kita. Perlu waktu khusus untuk mencari, bertanya sana-sini, para orang tua sudah ancang-ancang melihat berbagai macam profil, asal muasalnya, visi misi sekolah dan guru-gurunya. Semua dilihat mulai dari kelas, kamar mandi, setiap detail kita fikirkan.
Berdiskusi dengan pasangan, kelurga besar akan pilihannya nanti. Ketika sudah melakukan penjajakan secara langsung, maka dengan yakin memasukan buah hati kita kesana. Jenjang sekolah dasar pun menjadi jenjang yang paling lama ditempuh, enam tahun anak kita akan dibentuk berdasarkan visi misi serta target sekolah.
Orang tua semakin lama bermitra dengan jajaran asatidz, kepala sekolah, penjaga keamanan, petugas kebersihan, sesama orang tua murid di jenjang ini. Pendidikan dasar menjadi pondasi dan cakram yang kuat yang akan membentuk wawasan, pola pikir, kepribadian ananda.
Untuk itu dengan maksimal justru di pendidikan dasar, kita harus selektif memilih. “SD buat apa bayar mahal-mahal masih kecil ini kok, nanti juga ilmuya lupa lagi, yang penting nanti SMP, SMA baru harus bagus dan berkualitas”, penulis sering mendengar pernyataan ini.
Sebagian dari kita pasti merasakan bagaimana dulu sewaktu kecil dididik di oleh guru ngaji di madrasah untuk sekolah agama, menghafal bacaan solat, wudu, hafalan quran surat pendek. Hafalan anak itu kuat terbawa sampai dewasa, bisa dibuktikan? Ya,,,kita ini sekarang. Coba bayangkan ketika melakukan hal dasar ini di jenjang SMP-SMA, bahkan saat dewasa, hafal yang satu, lupa yang satu lagi. Begitu kuatnya mengikat hafalan atau ilmu maksimal di masa awal jenjang sekolah.
Pendidikan berbasis tahfiz plus paling diminati sepuluh tahun terakhir, dimana dakwah Islam sudah mulai melebar, sepenting itu menggenggam akhirat dan kuatnya janji Allah akan memberikan mahkota kemuliaan dari anak penghafal quran untuk orang tuanya.
Keutamaan Penghafal Quran
Dari Buraidah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang menghafal al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari" Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan al-Quran.”
Dan Khoiru Ummah yang konsisten dari awal berdiri untuk menciptakan penghafal quran dengan konsep kurikulum mandiri “berbasis akidah Islam” jenjang TK sampai SMA yang ada hampir di seluruh Indonesia.Dengan kurikulum mandiri ini, sekolah lebih punya ruang selain para penghafal quran, membentuk akhlak lebih penting, dan akidah kuat yang orientasinya akhirat menjadi tujuan.
Landasan Ilmu
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗ
“Dan janganlah engkau turuti apa-apa yang engkau tidak ada ilmu padanya…”
Ayah bunda jika keadaan kita bisa memilih dan ada situasi yang lebih beruntung, pasti ada harga yang harus dibayar untuk sebuah kualitas.
Tentunya karena negara belum bisa memberi fasilitas yang sama maju dalam hal kemajuan untuk semua jenjang. Pilihlah sekolah yang basisnya adalah akidah Islam, karena di yaumul hisab nanti semoga kita bisa tertolong dari ikhtiar mencari pendidikan terbaik dan menjadikan anak kita ini qurrota ayun, anak salih saliha.
Wallahu a’lam